Buku di Januari 2014

Terinspirasi dari Rise yang wrap-up buku-buku yang sudah dibacanya selama satu bulan kemarin, maka saya juga ikut-ikutan ingin membuat ringkasan buku apa saja yang sudah saya baca selama bulan Januari yang lalu. Karena, toh tidak semua buku saya tulis riviunya, tapi hanya saya beri rating di Goodreads. Jadi, selama 31 hari di Januari saya membaca delapan buku berikut:

1. How the Mind Works – Steven Pinker

Buku pertama dari Steven Pinker yang saya baca dan saya, jujur saja, agak susah mencernanya. Yah, mungkin saja karena topik tentang cognitive science belum begitu familier bagi saya. Atau bisa saja karena dari dulu saya tidak suka kognitif (saya tidak lulus mata kuliah itu!), jadi tanpa saya sadari saya memblok semua hal yang berbau-bau kognitif. Padahal saya tertarik dengan topik bahasa, neuroscience, dan human mind. Tapi, sepertinya jika ingin membaca buku-buku dengan dua topik tersebut, maka mau tak mau saya harus bersinggungan dengan ilmu kognitif. Blah.

Rating: 3/5 (ini aneh. Saya juga lupa kenapa saya memberi 3 bintang dari 5. Sepertinya nanti saya harus baca ulang buku ini. Kapan-kapan.)

2. Lapar – Knut Hamsun

Riviu sudah saya tulis di sini. Singkatnya sih tokoh “Aku” adalah orang yang sangat miskin. Dia sudah terbiasa lapar dan tidak makan berhari-hari. Meski begitu, dia selalu berpikir positif, jujur, dan berharga diri tinggi, yang bagaimanapun juga saya melihatnya ketiga sifat itu kalau takarannya berlebihan ya tidak bagus juga. Malah mencelakakan.

Rating: 4/5

3. Blink: The Power of Thinking without Thinking – Malcolm Galdwell

Riviu juga sudah saya tulis di sini. Buku tentang snap judgment atau thin-slicing. Buku yang ringan, mudah dibaca, dan tidak terlalu tebal. Itu berarti isinya juga ya so-so.

Rating: 2/5

4. Sampar – Albert Camus

Novel ini berkisah tentang wabah yang menyerang sebuah kota di Aljazair, yaitu Oran. Bagaimana penduduk kota tersebut menghadapi wabah tersebut dan bertahan hidup. Perjuangan Dr. Bernard Rieux yang tanpa pamrih mengobati penduduk Oran mengharuskannya rela diisolasi dan tidak dapat bertemu dengan istrinya, yang pada saat wabah menyerang istrinya sedang berobat ke luar kota. Juga perjuangan karakter-karakter lain di buku ini dengan caranya masing-masing.

Rating: 4/5

5. The Man who Mistook His Wife for a Hat – Oliver Sacks

Buku tentang kisah pasien-pasien yang pernah ditangani Dr. Oliver Sacks, seorang neurologist. Membaca ini saya semakin tertarik dengan neuroscience. Satu hal saja bermasalah di salah satu bagian otak kita akan membuat kita menderita. Parkinson, dementia, Tourette’s Syndrome, dan sebagainya. Membuat saya tidak henti-hentinya bersyukur saya dikaruniai kesehatan dan semoga kesehatan ini bisa saya jaga sampai saya menyerah kepada takdir (baca: meninggal).

Rating: 4/5

6. Inferno – Dan Brown

Tema dari novel ini menarik, yaitu tentang overpopulasi. Seperti yang sudah kita ketahui bersama jumlah populasi manusia yang tidak terkontrol dapat membahayakan umat manusia itu sendiri. Krisis pangan, krisis air, belum lagi berbagai kerusakan di Bumi yang kita buat sendiri. Tema yang menarik, namun tidak diikuti dengan cerita yang menarik, hasilnya ya Inferno. Tokoh antagonis yang terinspirasi dari Divine Comedy-nya Dante, yang memberikan nilai plus lainnya. Sayangnya, apa iya untuk mencegah Bertrand menjalankan aksi kriminalnya dibutuhkan tenaga seorang profesor ahli simbol, Robert Langdon, yang ditemani gadis cantik jelita dan pintar, Sienna Brooks? Plot cerita Dan Brown terlalu mudah ditebak. Intinya itu-itu saja. Mirip dengan novel-novel karangannya sebelumnya.

Rating: 2/5

7. Unaccustomed Earth – Jhumpa Lahiri

Buku kedua dari Jhumpa Lahiri yang sudah saya baca dan saya semakin jatuh cinta dengan dia. Jhumpa (selalu) menulis tentang orang berdarah India, atau asli India, yang tinggal di luar tanah airnya. Ada gegar budaya, ada adaptasi, ada kerinduan, ada kisah cinta dan kasih sayang dalam setiap ceritanya membuat saya “meleleh” dan rapuh. Kata-kata yang digunakan juga indah, bisa menciptakan suasana yang romantis tanpa harus mendeskripsikan romantis itu seperti apa. If you know what I mean.

Rating: 5/5

8. Extremely Loud and Incredibly Close – Jonathan Safran Foer

Riviu sudah saya tulis di sini. Tentang kisah seorang anak berusia 9 tahun, Oskar Schell, yang harus kehilangan ayahnya karena tragedi peristiwa 9/11. Oskar yang sangat dekat dengan ayahnya memiliki kesulitan untuk ikhlas bahwa ayahnya sudah tidak ada lagi. Ini adalah sebuah kisah bagaimana seorang anak harus merelakan ayahnya yang sudah meninggal.

Rating: 5/5

Fiuh… Akhirnya selesai juga. Ternyata membuat rangkuman buku-buku yang sudah dibaca selama satu bulan tidak mudah ya. Tapi, tidak apa-apa. Anggap saja ini sebagai ajang refreshment. Biar otak saya diajak bekerja dulu dengan mengingat-ngingat buku-buku yang sudah saya baca. Mudah-mudahan saja di bulan Februari ini saya bisa membaca lebih banyak buku dibanding bulan kemarin.