#9 – Oksimoron

OksimoronJudul: Oksimoron
Penulis: Isman H. Suryaman
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Halaman: 296
ISBN 13: 978-979-22-6272-8
Harga: Rp 30.000,-
Rating: 4/5

Masih dalam rangka bazar Gramedia, Oksimoron termasuk buku yang saya beli di bazar. Syukur Alhamdulillah saya bisa dapat Oksimoron dengan harga Rp 30ribu saja. 😀

Membaca judul dan sampul belakangnya, saya kira Oksimoron bercerita tentang suatu hal yang serius. Rupanya tentang pernikahan toh. Bukankah pernikahan juga suatu hal yang serius? Hihihi…

Oksimoron berkisah tentang pasangan muda yang baru menikah, yaitu Rine dan Alan. Isman mendeskripsikan Rine dan Alan sebagai pasangan muda dan modern. Mereka sepakat di dalam pernikahan nanti mereka adalah mitra. Jika Rine yang bekerja mapan, maka Alan yang mengambil urusan domestik. Jika Rine tidak ingin memiliki anak, maka Alan menyetujui keputusan Rine. Bukankah pernikahan seharusnya memang seperti itu? Saling menghargai, melengkapi, dan memahami.

Konflik cerita dimulai ketika Rine dan Alan memutuskan untuk memberitahu orangtua mereka bahwa mereka tidak ingin punya anak. Orangtua mereka jelas sangat kaget dan tidak dapat menerima keputusan itu. Turman dan Ika (orangtua Rine) dan Dadan (ayah Alan) pun bekerja sama untuk memengaruhi anak-anak mereka agar mengubah keputusan. Akankah rencana mereka berhasil? Well, baca sendiri saja ya untuk tahu kelanjutan kisahnya. 😆

Membaca awal-awal halaman saya sudah dapat menerka Oksimoron adalah cerita yang humoris. Saya sudah dibuat tertawa sejak halaman ke 4. Halaman-halaman berikutnya pun Oksimoron tetap berhasil membuat saya tertawa. Alan dan Andi selalu berhasil membuat saya tertawa. Hubungan adik-kakak ini dekat sekali dan itu yang membuat jadi lucu. Karena mereka saking dekatnya, mereka jadi konyol kalau sedang berdekatan. Bahkan Turman dan Dadan juga membuat saya tertawa dengan dialog-dialog mereka. Contohnya seperti di bawah ini saat ijab kabul:

Mengikuti isyarat penghulu, Turman langsung berkata lantang, “Saya nikahkan putri saya, Rine Kumalasari bin Turman Syaringgih dengan mas kawin perhiasan emas sembilan puluh enam gram dibayar TUNAI.”

Sebelum kata ‘tunai’ selesai diucapkan (atau diteriakkan) Turman, Alan langsung menyambut dalam satu napas, tidak kalah lantang, “Saya terima nikahnya Rine Kumalasari bin Turman Syaringgih dengan mas kawin emas sembilan puluh enam gram dibayar TUNAI!”

Sebagian hadirin tertawa kecil dan berbisik-bisik. Dari sudut matanya, Alan bisa melihat Dadan mengangkat jempolnya. “Bagaimana?” tanya Penghulu kepada kedua saksi.

“Sah,” angguk mereka.

“Sebentar,” Turman mengangkat tangan kanannya. “Bisa diulang? Tadi dia lupa sebut ‘perhiasan’.”

Sang Penghulu melongo. “Menurut saya nggak apa-apa, Pak.”

“Nggak bisa,” tegas Turman. “Emas dan perhiasan emas itu dua barang yang berbeda. Nanti nggak sah. Mohon diulang.”

“Nggak apa-apa ya, Den?” senyum Penghulu kepada Alan. “Kerelaan mertua patut dijaga,” tawanya.

Alan hanya mengangguk gugup. Tanpa melirik pun Alan yakin bahwa Dadan sedang misuh-misuh. Dan prosesi itu pun diulang. Kali ini Alan tidak luput mengucapkan “perhiasan”.

“Bagaimana?” tanya Penghulu kepada kedua saksi.

Mereka kembali mengangguk, “Sah.”

“Bentar dulu,” Turman kembali menengahi. “Tadi sebelum ‘dibayar tunai’ ada jeda dikit. Kayaknya ngambil napas.”

Sang penghulu menoleh Turman. Ekspresinya berubah khawatir, “Bapak benar rela menikahkan putri Bapak?”

“Sangat rela,” jawab Turman, tanpa mengubah ekspresi. “Jadi gimana? Bisa diulang?”

“Kalau walinya gimana?” gerutu Dadan cukup keras. “Bisa diganti?” (hal. 84 – 85)

Tuh kan. Dodol banget. 😆

Tokoh-tokoh yang ada dalam cerita menurut saya sangat pas proporsinya. Dengan karakter mereka masing-masing memberikan warna pada cerita sehingga menjadi lebih menarik. Selain Rine yang tegas, Alan yang lebih soft ketimbang Rine, dan Andi yang ngeyel melulu. Ada Turman yang digambarkan sebagai ayah yang angkuh, gengsian, dan cuek. Sementara Dadan digambarkan sebagai ayah yang dekat dengan kedua anaknya, pengertian, dan sangat memahami anak-anaknya. Semuanya diberikan proporsi yang pas dan tidak berlebih-lebihan.

Pada akhirnya Oksimoron adalah novel yang menghibur. Isman H. Suryaman keren!

Buku di Maret 2014

Alhamdulillah, saya bisa membaca sembilan buku selama satu bulan kemarin. Ini adalah sebuah pembalasan yang sangat manis setelah di bulan Februari 2014 saya hanya membaca dua buku. Berikut adalah kesembilan buku yang saya baca di bulan Maret 2014:

1. A to Z by Request – Rizal Affif dkk.

Saya sudah menulis ulasannya di sini. Tidak berlebihan jika saya bilang buku ini adalah salah satu pembelian buku terbaik yang pernah saya lakukan. Saya menyukai hampir semua cerita dalam antologi cerpen tersebut. Tidak ada salahnya bagi teman-teman sekalian untuk membuktikan klaim saya dengan membeli buku tersebut.

Rating: 5/5

2. Guns, Germs, and Steel: The Fates of Human Societies – Jared Diamond

Jujur saja saya tidak membaca buku ini dengan khusyuk. Maksudnya, saya hanya membaca cepat. Skimming. Bab-bab yang terlalu bertele-tele saya lewati saja dan saya lanjut ke bab-bab yang menurut saya lebih menarik. Mohon maaf saya tidak dapat bercerita lebih banyak tentang buku ini. Karena saya sendiri kurang menikmatinya. Padahal dari berbagai resensi yang saya baca buku ini bagus. Teman saya juga bilang bagus. Entah kenapa saya juga tidak memberikan penilaian yang sama. Well, beda selera saja mungkin ya. Tetapi, bukan berarti ini buku yang jelek. Masih ada bab-bab yang saya suka dan menarik.

Rating: 3/5

3. Decision Making Near the End of Life – James L. Werth, Jr. dan Dean Blevins (editor)

Ulasan lebih lengkap dapat dibaca di sini. Buku ini membahas keputusan yang harus dibuat menjelang akhir kehidupan pasien yang menderita penyakit yang mengancam nyawa mereka, seperti kanker dan HIV/AIDS, atau pasien yang mengalami brain trauma. Topik yang menarik. Buku ini membuat saya sudah memikirkan apa yang akan saya lakukan seandainya kemalangan itu terjadi pada diri saya.

Rating: 3/5

4. The Metamorphosis – Franz Kafka

Gregor Samsa terbangun pada suatu pagi dan mendapati dirinya bermetamorfosis menjadi serangga. Saya tidak tahu apa yang menjadi penyebabnya karena Kafka tidak menjelaskannya. Yang pasti transformasi Gregor Samsa menjadi serangga membuat keluarganya sangat malu. Dia menjadi terasingkan di rumahnya sendiri. Hanya adik perempuannya yang mau merawat Samsa. Ayahnya sudah tidak mau menganggapnya lagi dan tidak ambil peduli. Sementara ibunya masih terguncang. Novel ini adalah cerita tentang sebuah metamorfosis yang membuat sebuah keluarga harus beradaptasi.

Rating: 3/5

5. Predictably Irrational – Dan Ariely

Buku ini tentang keputusan-keputusan irasional yang kita ambil dalam kehidupan sehari-hari kita. Untuk ulasan lebih lengkap dapat dibaca di sini.

Rating: 5/5

6. Madre: A Coffee Table Book – Dee

Mengecewakan! Mengecewakan! Mengecewakan! Ini bukan Madre yang kumpulan cerpen, melainkan adaptasi cerita dari film yang berjudul sama dari cerita pendek yang juga berjudul sama. Bingung? Jadi begini, Dewi Lestari menulis Madre yang berisi kumpulan cerpen. Dari kumpulan cerpen itu Madre dibuat filmnya dan kemudian dari film itu diadaptasi lagi ceritanya menjadi Madre yang bukunya saya beli ini. Betapa bodohnya saya telah salah membeli buku. 😦

Rating: 1/5

7. Jadi Penulis, Siapa Takut! – Alif Danya Munsyi

Buku ini memberikan tips dan trik dalam menulis fiksi (novel, cerpen, puisi, drama, dll) dan nonfiksi (resensi, berita, kritik, esai). Sayangnya, saya bingung dengan tips dan trik yang diberikan. Dalam setiap bab ditulis dengan memberikan nomor untuk setiap tips dan trik. Ini sungguh mengganggu bagi saya. Belum lagi ditambah dengan kosakata-kosakata yang membingungkan. Kosakata yang digunakan kurang membumi dan juga terlalu banyak istilah. Jadi, tidak dapat disebut juga buku tips dan trik dalam menulis kalau untuk membacanya saja saya bingung. 😦

Rating: 1/5

8.  Snow White and the Huntsman – Lily Blake

Snow White and the Huntsman berkisah tentang Snow White yang cantik jelita dan merupakan pewaris tahta kerajaan. Ratu Ravenna jika ingin tetap cantik dan awet muda harus memakan jantung Snow White. Sudah lama saya tidak baca dongeng dan bisa dibilang saya cukup suka dengan novel ini.

Rating: 2/5

9. InterWorld – Neil Gaiman dan Michael Reaves

Sebuah kisah menarik lainnya dari Neil Gaiman dan ditulis bersama Michael Reaves. Saya sudah menulis resensi InterWorld di sini. Tersesat adalah hobi Joey Harker. Rupanya Joey menjadi gampang tersesat bukannya tanpa alasan. Dia adalah seorang Pelintas antardimensi. Kekuatannya diperebutkan oleh dua kekuatan yang sama jahatnya, yaitu HEX yang mengandalkan sihir dan Binary yang mengandalkan sains. Namun, Joey memutuskan untuk bergabung kekuatan dengan pasukan yang merupakan berbagai versi dirinya dari berbagai dimensi. Mereka pun memiliki kekuatan hebat seperti Joey.

Rating: 4/5

#8 – InterWorld

InterWorldJudul: InterWorld
Penulis: Neil Gaiman dan Michael Reaves
Penerjemah: Tanti Lesmana
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama (cetakan I, 2010)
Halaman: 280
ISBN 13: 978-979-22-5890-5
Harga: Rp 20.000,-
Rating: 4/5

Joey Harker hobi sekali tersesat. Bahkan di dalam rumahnya sendiri pun dia masih bisa tersesat. Keluarga dan teman-temannya sudah paham betul hobi Joey yang satu ini. Joey sendiri baru memahami kenapa dia bisa seringkali tersesat setelah mendapat tugas dari Mr. Dimas, guru mata pelajaran Kajian-kajian Sosial di sekolahnya.

Saat itu Joey dan teman-teman sekelasnya mendapatkan tugas yang agak ekstrem. Mereka diangkut naik bus sekolah dan diturunkan di sembarang tempat. Tugas mereka adalah menemukan jalan menuju pos dalam batas waktu tertentu dan tanpa peta. Ponsel, kartu kredit, dan uang tunai disita. Jadi, mereka benar-benar tidak bisa meminta bantuan dari orangtua atau menelpon taksi untuk menjemput. Dari sinilah petualangan kemudian dimulai.

Dalam tugas itu Joey kembali tersesat. Tak mengherankan sebetulnya. Namun, tersesatnya Joey kali ini berbeda dari sebelum-sebelumnya. Joey tersesat ke dunia lain. Rupanya Joey adalah seorang Pelintas. Dia bisa melintasi antardimensi. Dan ternyata Joey bukan satu-satunya Pelintas yang ada di Multiverse.

Joey adalah Pelintas yang hebat. Kekuatannya menjadi daya tarik bagi dua kubu di Multiverse, yaitu HEX yang mengandalkan sihir dan Binary yang mengandalkan sains. Kedua kubu ini bernafsu ingin menguasai Multiverse dengan memanfaatkan kekuatan para Pelintas, termasuk Joey. Namun, Joey memutuskan untuk bergabung dengan InterWorld Prime, sebuah gabungan pasukan berupa dirinya dari berbagi versi dari berbagai dimensi yang ada di Multiverse. Mereka pun juga memiliki kekuatan-kekuatan yang hebat seperti Joey. Mereka bersatu-padu berjuang menghentikan kekuatan jahat yang ingin menguasai Multiverse.

Cerita yang sangat menarik bagi saya. Neil Gaiman selalu berhasil memukau saya. Bagi saya, dia pengarang dengan imajinasi yang luar biasa. Orang yang kreatif sekali bisa membuat cerita-cerita fantasi dan kali ini sci-fi. Sudah cukup lama sebenarnya saya mengincar buku ini, tetapi baru kesampaian beli tanggal 25 Maret yang lalu. Itupun karena Gramedia sedang mengadakan bazar buku murah. InterWorld hanya dibanderol dengan harga Rp 20.000,-.

Well, satu yang menjadi pertanyaan bagi saya mengapa Neil Gaiman dan Michael Reaves tidak banyak membahas Binary? Tadinya saya kira ceritanya akan terjadi perang antara HEX dan Binary, juga dengan InterWorld yang bertindak sebagai gerilyawan. Sesekali mengecoh kedua kubu tersebut dengan serangan tiba-tiba. Nyatanya, Gaiman dan Reeves lebih banyak menceritakan HEX ketimbang Binary. Binary hanya dijelaskan sembari lalu. Penjelasan yang cukup memberikan kita informasi bahwa sedang terjadi perebutan kekuasaan di Multiverse antara HEX dan Binary. Sudah, hanya itu saja. Konflik yang ada pun hanya antara InterWorld dan HEX, tidak ada Binary. Jadi, menurut saya kurang seru saja. Kasihan Binary hanya dijadikan pemanis saja dan tidak memberikan kontribusi apapun dalam konflik di InterWorld.

Meski begitu, saya tetap memberikan 4 bintang dari 5 karena penulisnya adalah penulis favorit saya dan ceritanya juga menarik. 😀