#20 – Supernova: Partikel

Supernova PartikelJudul: Supernova: Partikel
Penulis: Dee
Penerbit: PT Bentang Pustaka (cetakan II, Desember 2014)
Halaman: viii + 560 halaman
ISBN 13: 978-602-291-055-8
Harga: Rp 89.000,-
Rating: 3/5

Ketika memegang Partikel saya bergumam, “Wah, tebal juga ya bukunya.” Saya cukup kaget melihat Partikel setebal itu sementara prekuelnya tipis saja. Saya pun jadi penasaran. Dengan buku setebal itu apa ceritanya sama menariknya dengan Akar dan Petir? Apakah Zarah punya kekuatan spesial atau keunikan seperti Bodhi dan Elektra?

Sayangnya, Partikel tidak semenarik Akar maupun Petir. Zarah sebagai tokoh utama tidak terasa spesial. Letak kelebihan Zarah hanya pada rasa ingin tahunya yang begitu besar. Dia pintar dan dia kritis. Tapi, hei, kita sudah punya tokoh yang luar biasa pintar sebelumnya, ‘kan? Maksud saya, apa yang bisa membuat Zarah menjadi tokoh cerita yang stand out dan tidak mediocre? KPBJ punya Ruben yang kaku dan pintar dan Diva yang idealis. Akar punya Bodhi yang tenang dan misterius. Petir punya Elektra yang lugu dan cuek. Lalu, bagaimana dengan Zarah?

Saya mengagumi sosok Zarah kecil hingga remaja. Berkat didikan yang tidak konvensional dari Firas, ayahnya, sejak kecil Zarah menunjukkan rasa ingin tahu yang sangat besar. Dia juga tumbuh menjadi seseorang yang kritis. Dia tidak tunduk begitu saja pada sistem, baik itu agama maupun pendidikan. Dia yang merasa hidupnya terpenjara menemukan kebebasannya di alam. Akhirnya, dia memutuskan untuk ke London dan menjadi fotografer wildlife.

Setelah Zarah dewasa, saya tidak lagi merasakan kekaguman pada Zarah. Dia seperti berkompromi dengan keadaan. Hidupnya berkutat pada cinta, pekerjaan, dan misi mencari ayahanda tercinta. Saya kehilangan Zarah yang cerdas dan kritis. Kembali saya bertanya ke diri sendiri, “Jadi, apa nih yang bikin Zarah spesial?”

Oke, barangkali Zarah punya kekuatan spesial. Tadinya saya mengira Zarah juga memiliki kelebihan seperti Bodhi yang punya sensitivitas luar biasa dan Elektra yang mampu mengendalikan listrik. Saya pikir bakal seru seandainya Zarah punya kelebihan seperti Bodhi dan Elektra. Sampai halaman terakhir saya tidak menemukan kekuatan spesial Zarah. Sedikit kecewa sih… Karena saya kira tokoh-tokoh Supernova punya kekuatan spesial untuk bertarung melawan musuh-musuh. Ini sih harapan saya.

Lalu, apa yang membuat Zarah spesial sehingga membuatnya menjadi Partikel dan bergabung dengan tokoh-tokoh dalam serial Supernova lainnya? Entahlah. Saya tidak dapat menemukan jawabannya sampai di akhir cerita dan ini membuat saya penasaran hingga saat ini.

Meski sedikit kecewa dengan Zarah setidaknya saya dihibur oleh Dee dengan paparannya tentang fungi, orangutan, alam liar, fotografi, dan alien. Ada satu bagian dimana saya merasakan kedekatan emosional dengan Partikel ketika Firas menggambar anatomi otak dan bercerita ke Zarah tentang hubungan manusia dan binatang.

“Jangan pisahkan dirimu dari binatang,” pesannya. “Kamu lebih dekat dengan mereka daripada yang kamu bayangkan,” lanjutnya lagi.
Aku pun bertanya, seperti biasanya, “Biar apa, Ayah?”
“Biar kamu tidak sombong jadi manusia,” ujarnya sambil tersenyum. (halaman 22)

Salah satu alasan yang saya suka dari serial Supernova adalah selalu ada ilmu baru yang dapat saya pelajari. Saya sangat kagum dengan ketabahan dan semangat Dee dalam melakukan riset untuk menulis serial Supernova. Tentunya Dee tidak dapat menulis dengan detil akan topik-topik yang dibahas seandainya Dee malas riset. Di sinilah salah satu kekuatan Dee: riset yang mendalam. Mudah-mudahan saja akan semakin banyak penulis Indonesia yang tidak malas riset.

Akhirul kalam, meski Partikel tidak sekeren prekuelnya, saya tetap merekomendasikan buku ini untuk dibaca. Kita bisa belajar singkat tentang alien di sini. 😀