#21 – Supernova: Gelombang

Supernova GelombangJudul: Supernova: Gelombang
Penulis: Dee
Penerbit: PT Bentang Pustaka (cetakan III, November 2014)
Halaman: x + 482
ISBN 13: 978-602-291-057-2
Harga: Rp 79.000,-
Rating: 5/5

Setelah sempat sedikit kecewa dengan Partikel, kekecewaan itu langsung terobati begitu saya membaca Gelombang. Adalah Alfa yang mengobati rasa kecewa itu. Dia lelaki Batak, pintar, ganteng, dan pekerja keras. Tambahkan juga dia sangat jago main gitar. Bagaimana saya tidak jatuh hati coba? Saya tahu ini bias. Saya memang bisa sangat lemah jika dihadapkan dengan pria pintar. Inilah yang namanya personal preferences. 😛

Alfa juga baik hati. Satu hal yang saya juga suka dari dia adalah ketika dia menginginkan sesuatu dia akan fokus untuk mendapatkannya. Dia sangat goal-oriented. Dia tahu apa yang dia inginkan. Hal itu terlihat jelas ketika dia merantau ke Amerika dan menjadi imigran gelap. Dia harus main kucing-kucingan dengan pihak berwenang agar tidak tertangkap. Dia tahu dia masih punya hutang yang harus dibayar. Dan caranya membayar adalah dengan rajin belajar, masuk perguruan tinggi bergengsi dengan beasiswa, dan punya pekerjaan bagus sebagai trader.

Seperti tokoh-tokoh di buku-buku Supernova sebelumnya, Alfa juga punya tugas pencarian jati dirinya sendiri. Dia ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan dirinya yang membuatnya sampai-sampai takut untuk tidur. Semuanya bermula sejak makhluk misterius yang disebut Si Jaga Portibi muncul dalam hidup Alfa. Saat itu dia masih kecil. Pelan-pelan jawabannya mulai terkuak ketika Alfa berada di Tibet.

Memang ada sedikit bolong dalam Gelombang. Sebagai seorang imigran gelap hidup Alfa terlalu mudah. Bagaimana caranya dia bisa lolos beasiswa di Cornell mengingat statusnya itu? Tunggu dulu, sebelum dia bisa apply ke Cornell, pertanyaannya adalah bagaimana dia bisa masuk sekolah di Amerika? Kemudian, kok dia bisa bebas tidak masuk kerja berhari-hari hanya karena ada urusan personal yang harus diselesaikan, sampai pulang kampung ke Indonesia pula? Oh ya, Alfa terlalu sempurna dan dia adalah karyawan kesayangan Tom Irvine.

Jujur saja, saya tidak terlalu memikirkan kebolongan ini. Saya lebih memilih untuk menikmati saja jalan ceritanya dan ikhlas untuk dibuat penasaran. Kisah Alfa membuat saya tidak sabar untuk terus membuka lembar demi lembar halamannya. Berharap saya bisa menemukan jawaban atas pertanyaan yang terus menghantui pada halaman berikutnya. Pertanyaan-pertanyaan yang mana lagi? Banyak. Baca terus tulisan ini dan kalian akan mengerti pertanyaan yang mana yang saya maksud.

Gelombang juga mengajarkan saya ilmu baru, yaitu tentang mimpi. Entah kebetulan atau tidak, setelah saya renungkan kembali semua buku dari serial Supernova memberikan topik-topik yang memang sedang saya minati. Tentang sains, filsafat, meditasi, orangutan, dan mimpi. Belakangan saya memang sedang penasaran dengan lucid dreaming.

Secara keseluruhan membaca serial Supernova seperti menyusun kepingan puzzle. Setiap bukunya adalah kepingan yang siap untuk disusun, tapi dibutuhkan kesabaran dan tanda tanya yang begitu besar untuk setiap kepingan itu: Masing-masing kepingan ini mau ditaruh dimana? Karena puzzle Supernova sangat membingungkan dan kepingan-kepingan itu tidak banyak membantu. Apa maksud cerita Supernova ini? Apa latar belakangnya? Apa yang memulai kisah ini? Siapa sesungguhnya Supernova, Akar, Petir, Partikel, dan Gelombang ini? Bagaimana mereka bisa saling berkaitan? Dan Dee pelit sekali untuk memberi petunjuk jawabannya, termasuk dalam Gelombang. Membaca Gelombang semakin menimbulkan banyak pertanyaan. Saya semakin bingung dan penasaran. Mudah-mudahan saja pada episode berikutnya Dee menjawab semua pertanyaan saya.