#71 – Teh dan Pengkhianat

Judul: Teh dan Pengkhianat
Penulis: Iksaka Banu
Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia (cetakan I, 2019)
Halaman: 176
ISBN13: 978-602-48-1137-2
Rating: 5 dari 5 ⭐ – it was amazing

Teh dan Pengkhianat adalah kumpulan dari tiga belas cerita pendek yang ditulis oleh Iksaka Banu. Semua cerita menggunakan sudut pandang orang Belanda asli atau peranakan. Menarik membaca pertentangan batin mereka yang menolak kolonialisme. Tidak jarang akibat dari sikap mereka yang tidak lazim pada saat itu membuat mereka harus berhadapan dengan keluarga, atasan, dan teman sendiri.

Ketiga belas cerita pendek tersebut semuanya bagus. Sebut saya norak atau bagaimana, terserah kalian, tapi sungguh, tidak jarang saya merasa terkaget-kaget dengan sikap para Belanda atau Indo yang membelot ini. Kalau pakai istilah kerennya kognitif saya terdisonansi. Halah.

Anyway, saya buat sinopsisnya sedikit untuk setiap cerita ya.

1. Kalabaka

Hendriek Cornelis Adam bercerita ke anaknya lewat surat perihal kekejaman VOC di Banda. Di sana dia melihat langsung pembantaian warga dan hukum yang tidak adil.

2. Tegak Dunia

Perdebatan antara kaum bumi datar dan kaum bumi bulat. Kapten Van de Vlek, pelaut ulung, harus menanggapi pertanyaan dari Jan, keponakannya, tentang kemungkinan Bumi ini datar. Jan tahu itu dari pendeta dan guru agamanya di panti asuhan. Mendengar itu Si Kapten naik pitam.

Dia langsung menunjukkan kepada Jan sebuah globe pesanan untuk Karaeng Pattingaloang, seorang mangkubumi dari Kerajaan Gowa. Pada usia 18 tahun, dia menguasai politik dan tata negara. Fasih bicara bahasa Belanda, Inggris, Spanyol, Portugis, Arab, serta Latin. Punya perpustakaan pribadi dengan ribuan buku dari Eropa.

Moral cerita: dunia jauh lebih menarik dibandingkan yang dibayangkan secara kaku dari balik meja atau ruang rapat pemuka agama.

Satu kutipan menarik:

Kantor Tuan Tujuh Belas
kirim bola dunia pada Pattingaloang Agung,
yang benaknya selalu penuh rasa ingin tahu,
sehingga seluruh dunia terasa kecil

3. Teh dan Pengkhianat

Terjadi pemberontakan buruh teh dari Cina. Untuk menghadapi pemberontakan tersebut dikerahkan kavaleri yang dipimpin oleh Alibasah Sentot Prawirodirjo. Kapten Belanda meragukannya karena, “Percayakah engkau pada pengkhianat yang meninggalkan junjungannya demi uang?”

4. Variola

Cacar mewabah di Hindia. 18 ribu orang tewas di Bali akibat cacar. Untuk mencegah semakin menyebar perlu vaksin, tetapi persediaan terbatas dan perlu waktu lama. Ada perdebatan antivaksin juga. Ternyata antivaksin sudah ada sejak dulu.

5. Sebutir Peluru Saja

Garong bernama Kalasrengi mengganggu ketenangan. Dia membunuh dan melukai warga. Dia dituduh membakar ladang tebu, tetapi dia membantah. Justru dia adalah korban dari ketidakadilan makelar tebu. Tn. Skaut mencoba untuk tenang, tetapi bedilnya menyalak satu kali dan terdengar suara pekik tertahan.

6. Lazarus Tak Ada di Sini

Dialog antara letnan yang sekarat dengan pater tentang perang. Penyesalan mendalam si letnan akan semua perbuatannya. Menganggap ia tidak layak untuk dibangkitkan dan pantas masuk neraka.

“Perang selalu kejam dan membingungkan. Menguras akal sehat.”

7. Kutukan Lara Ireng

Polisi laut yang korup. Mencegat penyelundupan opium untuk dijual ke penadah. Ben, si anak baru polisi laut yang masih idealis, terkaget-kaget ketika kaptennya menawarkan kerja sama opium selundupan dibawa ke Pegatan dan menerima bagi hasil penjualannya.

Yang dimaksud dengan kutukan Lara Ireng adalah penyakit hitam yang terus merayu dan membuat orang tak berhenti jatuh cinta, seperti kepada seorang wanita. Atau, seperti kecanduan opium.

8. Di Atas Kereta Angin

Kees dan Jan, saudara sepupunya, bertengkar perihal apa yang boleh dan tidak boleh pribumi kenakan. Yang satu berpikiran terbuka, sementara yang lain pikirannya tertutup.

9. Belenggu Emas

Mirip dengan cerita sebelumnya, pertengkaran terjadi karena topik pakaian, bagaimana seorang Eropa dan pribumi harus berperilaku. Nellie lebih terbuka, sementara suaminya merasa superior. Nellie kagum dengan Roehana Koeddoes dan ingin bertemu dengannya.

10. Nieke de Flinder

Skandal mesum politikus Hindia sudah hampir naik berita sebelum dijegal oleh bosnya Bram.

11. Tawanan

Kapten Belanda tertangkap TNI. Setelah diinterogasi, dia ditawari kebebasan dengan syarat tertentu. Dia menolak, lalu datang Belanda yang membelot ke TNI. Mereka berdialog. Si pembelot menjelaskan kenapa dia menyebrang. Menurutnya, Belanda itu munafik.

“…Tidakkah engkau merasa aneh? … Di sana kita berteriak-teriak anti pendudukan, sementara di sini kita ingin kembali menguasai tanah tropis ini. Membantai rakyatnya.”

Setting cerita setelah perjanjian Renville.

12. Indonesia Memanggil

Kapal Belanda diblokir di pelabuhan Australia. Mereka tidak bisa mengirim logistik, senjata, dan tentara. Tahanan politik Indonesia yang mereka bawa setelah angkat kaki dari Indonesia menjalin relasi dengan serikat buruh di Australia. Mereka inilah yang mogok.

13. Semua Sudah Selesai

Kegalauan warga Belanda dan Indo di Indonesia setelah Konferensi Meja Bundar. Bagaimana nasib mereka kelak? Kembali ke Belanda? Di sana nanti kerja apa? Apakah ada pekerjaan buat mereka? Lalu, meninggalkan usaha yang sudah dirintis sejak lama tidaklah mudah.

Satu komentar pada “#71 – Teh dan Pengkhianat”

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: