#73 – Filosofi Teras

42861019._sx318_Judul: Filosofi Teras
Penulis: Henry Manampiring
Penerbit: Penerbit Buku Kompas (cetakan I, 2019)
Halaman: xxiv + 320
eISBN: 978-602-412-519-6
Rating: 4 dari 5 ⭐ – really liked it

Melihat Filosofi Teras yang selalu berada di beranda Gramedia Digital mau tak mau membuat saya tergoda untuk membacanya. Meski awalnya saya skeptis karena tidak yakin filsafat bisa ditulis dengan baik untuk umum, toh akhirnya saya baca juga sampai habis dan menyukai bukunya.

Jadi, Filosofi Teras mengenalkan kepada kita stoicism, yaitu sebuah school of thought yang didirikan oleh Zeno di Athena sekitar awal abad ke-3 sebelum Masehi. Zeno adalah seorang pedagang kaya, tetapi sayang dia harus kehilangan segalanya ketika kapal yang membawa barang dagangannya karam. Dia mampir ke toko buku, baca-baca buku di sana, lalu tertarik dengan ajaran Socrates. Rasa minatnya membawanya langsung datang kepada para filsuf ternama di Athena dan belajar kepada mereka.

Adapun filsuf Stoa ternama di antaranya adalah Epictetus, Seneca, dan Marcus Aurelius. Iya, Marcus Aurelius yang kaisar Romawi di film Gladiator itu, yang menurut Wikipedia beliau adalah kaisar terakhir dari Five Good Emperors dan Pax Romana–Romawi di masa-masa damai dan stabil.

Konsep ajaran dari Zeno ada di nilai-nilai kebajikan, toleransi, dan kontrol diri. Stoicism percaya bahwa semua yang terjadi dalam hidup ini saling terkait (interconnectedness), termasuk peristiwa yang terjadi di dalam hidup kita. Ia bekerja berdasarkan sebab-akibat. Istilah kerennya butterfly effect. Kepakan sayap kupu-kupu di suatu tempat bisa menyebabkan badai di tempat lain.

Lanjutkan membaca “#73 – Filosofi Teras”

#72 – The Age of Empathy

6525532Judul: The Age of Empathy: Nature’s Lessons for a Kinder Society
Penulis: Frans de Waal
Rating: 5 dari 5 ⭐ – it was amazing

Bagaimana selama ini kalian memandang manusia secara umum? Apakah kalian termasuk golongan optimis (bahwa manusia ini sebenarnya makhluk baik) atau golongan skeptis (bahwa semua manusia itu jahat)? Saya pernah berada di keduanya. Dulu sekali (sewaktu masih naif dan polos) saya percaya bahwa semua manusia itu baik. Belakangan saya memegang teguh prinsip all humans are evil until proven otherwiseSemua manusia itu jahat sampai terbukti sebaliknya. Prinsip yang saya pegang erat sejak melihat begitu besarnya kemampuan manusia dalam berbuat jahat.

Frans de Waal, seorang ahli primata ternama, mempertanyakan kenapa sih manusia itu dianggap secara natural — biologis — jahat? Maka ditulislah buku ini oleh beliau untuk menjelaskan kepada kita — orang awam — bahwa manusia itu gabungan antara kebaikan dan kejahatan. Beliau membandingkan perilaku hewan mamalia dan primata, mulai dari tikus, paus, gajah, monyet, simpanse, hingga manusia. Berbagai hasil penelitian dijabarkan, tentu saja menggunakan bahasa yang mudah dipahami.

Bukunya sangat thought provoking. Saya mengalami sedikit disonansi kognitif setelah membacanya. Pikiran saya menjadi lebih optimis dan bisa lebih memahami manusia. Batas toleransi saya pun sedikit meningkat pada manusia. Semoga ini bisa bertahan seterusnya.

Well, anyway, akan saya rangkum tiap bab dari buku ini.

Lanjutkan membaca “#72 – The Age of Empathy”