Judul: Malam Terakhir
Penulis: Leila S. Chudori
Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia (cetakan II, Desember 2012)
Halaman: xviii + 117 halaman
ISBN: 978-979-91-0521-9
Rating: 2 dari 5 ⭐ – it was okay
Kumpulan cerpen dari Leila S. Chudori ini sudah pernah saya baca di tahun 2018 yang lalu. Saya memutuskan untuk membaca ulang karena saya lupa-lupa ingat dengan ceritanya. Dulu saya baca gratis dengan meminjam di iPusnas atau iJak (saya lupa). Sekarang saya bacanya di Gramedia Digital.
Malam Terakhir terdiri dari sembilan cerita pendek yang pernah diterbitkan di tahun 1989. Biar tidak lupa lagi tidak ada salahnya jika saya mencatat ringkasan cerita di sini. Jangan khawatir, sebisa mungkin saya menghindari spoiler. Ini hanya garis besar ceritanya saja.
1. Paris, Juni 1988
Marc menyewa kamar di sebuah hotel. Setiap malam dia selalu berisik seperti disiksa. Akhirnya tetangga di sebelah kamarnya terganggu dan khawatir juga. Dia lalu mendobrak pintu kamar Marc. Dia kaget melihat Marc masih terperangkap dengan wanita dari masa lalunya.
2. Adila
Dila terkungkung dalam “penjara” yang dibuat oleh ibunya. Di dalam penjara itu ibunya begitu mendominasi. Ia tidak mendapatkan kasih sayang dari ibunya dan ia selalu ketakutan. Buku adalah tempat pelarian Dila. Di sana ia berfantasi bertemu dengan tokoh-tokoh dari buku-buku yang ia baca.
3. Air Suci Sita
Tunangan Sita akan datang. Mereka menjalani hubungan jarak jauh selama 4 tahun. Sita tidak tenang karena diragukan kesetiaannya. Sita kira tunangannya datang untuk mempertanyakan kesetiaan Sita selama ini. Ternyata dugaan Sita itu salah. Tunangannya datang justru ingin bilang, “Kalau kau yang berkhianat pastilah kau dianggap nista. Tetapi jika aku yang berkhianat maka itu dianggap biasa.”
4. Sehelai Pakaian Hitam
Hamdani adalah seorang penulis. Dia dituntut oleh masyarakat untuk jadi manusia sempurna, yang selalu suci, dan yang tidak boleh salah. Dia tertekan karena tidak bisa menunjukkan sisinya yang lain, yaitu sisinya yang kelam.
5. Untuk Bapak
Moko punya hubungan yang erat dengan bapaknya. Ketika orangtuanya memutuskan untuk berpisah, bapaknya pergi untuk beribadah; untuk mengabdi pada masyarakat. Moko melihat bapaknya seperti Bhisma, tokoh pewayangan yang paling ia hormati dan sukai.
6. Keats
Ini ceritanya kok membingungkan ya? Tami yang dijodohkan dengan Hidayat. Dia cinta sih sama Hidayat, tapi dia juga suka sama Jean. Terus, ada John di sini yang entah apa perannya.
7. Ilona
Karena pernikahan orangtuanya yang gagal, Ilona memutuskan untuk hidup sendiri. Tidak akan menikah. Dia tidak akan berbagi kamar dengan orang lain. Sampai suatu hari Ilona pulang ke rumah membawa Randi. “Hei, Randi. Ini kakekmu. Come on, kiss him!”
8. Sepasang Mata untuk Rain
Rain masih berusia 2,5 tahun, tapi jiwanya sudah peka sekali. Suatu hari dia melihat gadis kecil mengamen di jalanan dan dia sangat iba. Dia meminta pada orangtuanya untuk membelikan gadis kecil itu makanan, pakaian, tas, dan lain-lain.
9. Malam Terakhir
Empat orang mahasiswa sedang menunggu untuk dieksekusi mati. Sebelumnya mereka sudah habis disiksa dengan sangat tidak berperikemanusiaan. Si wanita digigit organ intimnya oleh tikus. Si Kurus diadu kepalanya puluhan kali ke pintu besi. Si Kacamata dicambuk ratusan kali. Sedangkan si Gemuk tidak memiliki biji mata kiri lagi. Sementara di tempat lain ada wanita muda, masih kuliah, dan kritis mempertanyakan kenapa keempat mahasiswa itu dihukum. Apa buktinya kalau mereka memang bersalah?
Membaca untuk kedua kalinya membuat saya mengubah penilaian. Kalau dulu saya memberikan rating 3 ⭐ , sekarang saya memberikan nilai 2 ⭐ . Setelah dibaca lagi, saya merasa tidak dapat menyatu dengan ceritanya. Antara saya dengan cerita-cerita di sini seperti berjarak. Saya tidak dapat menyelami perasaan setiap tokohnya. Saya jadi tidak dapat mengerti mereka.
Dalam setiap cerita saya seperti menunggu sebuah letupan yang dapat membuat saya kaget sekaligus terkagum. Sayang sekali saya tidak menemukan itu di semua ceritanya. Kumpulan cerpen Malam Terakhir terasa hambar buat saya. Hambar, tetapi bukan berarti jelek. Bisa saja Leila lebih bagus menulis novel ketimbang cerpen. Ah, ini hanya penilaian sok tahu saja dari saya.