Judul: Malice: Catatan Pembunuh Sang Novelis
Penulis: Keigo Higashino
Penerjemah: Faira Ammadea
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (cetakan I, 2020)
Halaman: 304
ISBN Digital: 978-602-06-3933-8
Rating: 5 dari 5 ⭐ – it was amazing
Sinopsis
Novelis laris Hidaka Kunihiko ditemukan tewas di rumahnya pada malam sebelum ia meninggalkan Jepang untuk pindah ke Kanada. Tubuhnya ditemukan di ruang kerjanya yang terkunci di rumahnya yang juga terkunci oleh istri dan sahabatnya. Keduanya punya alibi kuat. Mungkin.
Detektif Kaga Kyoichiro yang menyelidiki kasus pembunuhan tersebut menemukan bahwa hubungan Hidaka dengan sang sahabat, Nonoguchi Osamu, tidak seperti yang diceritakan oleh Nonoguchi. Tapi pertanyaan yang paling mengusik Kaga bukanlah siapa atau bagaimana, melainkan kenapa. Dari situlah sang detektif dan sang pembunuh bertarung membeberkan kebenaran tentang masa lalu dan masa kini versi masing-masing. Dan jika Kaga gagal menguak motif sang pembunuh yang sebenarnya, kebenaran takkan terungkap seutuhnya.
Ulasan
Sekali lagi saya dibuat kagum oleh Keigo Higashino. Cerita detektifnya sama sekali berbeda dari yang selama ini biasa saya baca. Pola yang dapat saya tangkap dari tiga buku detektifnya yang sudah saya baca: dia tidak berlama-lama menuliskan siapa pelakunya, alur cerita tenang (tidak fast paced), dan lebih banyak menyelami emosi dan konflik tokoh-tokohnya.
Terus terang, dari Higashino saya menyadari bahwa saya ternyata lebih menyukai cerita detektif yang seperti ini. Membaca Malice saya tidak perlu berlama-lama main tebak-tebakan siapa pelakunya. Pelakunya sudah jelas dan dengan santai mengakui perbuatannya, yaitu Nonoguchi Osamu. Nonoguchi merupakan teman baik korban, Hidaka Kunihiko.
Tapi, Detektif Kaga Kyoichiro merasa ada keganjilan dari pengakuan Nonoguchi. Penjelasannya dirasa tidak konsisten dari bukti-bukti yang ada. Detektif Kaga pun melanjutkan penyelidikannya meski pelakunya sudah tertangkap. Detektif Kaga ingin menyelidiki lebih lanjut apa sebenarnya yang menjadi motif pembunuhan.
Kalau dipikir-pikir oleh orang awam, buat apa sih detektif melanjutkan penyelidikan kasus yang sudah jelas siapa pelakunya? Buang-buang waktu dan tenaga saja. Namun, bagi Detektif Kaga menemukan motif pembunuhan sama pentingnya dengan menangkap pelaku. Pelaku bisa saja menciptakan motif palsu sehingga dapat membenarkan tindakannya dan itu bisa menghancurkan kredibilitas korban. Detektif Kaga tidak mau itu terjadi. Korban tetap harus mendapatkan keadilan. Jangan sampai korban sudah jatuh tertimpa tangga. Meninggal dibunuh dengan nama baik yang jadi rusak.
Malice diceritakan dari dua sudut pandang, yaitu sudut pandang Detektif Kaga dan Nonoguchi. Kita akan membaca catatan dan dokumentasi mereka. Paling membingungkan buat saya ketika membaca wawancara Detektif Kaga dengan orang-orang dari masa lalunya Nonoguchi dan Hidaka. Daya analisis saya sungguh tidak tajam jadi tidak heran saya tidak jadi detektif, beda dengan Detektif Kaga. Dari hasil wawancara yang informasinya berceceran bagaikan kepingan puzzle, Detektif Kaga bisa menyatukannya dan akhirnya bisa menemukan apa sebenarnya yang menjadi motif Nonoguchi membunuh Hidaka.
Di sinilah saya pertama kali bermain tebak-tebakan motif. Biasanya saya menebak siapa yang menjadi pelaku, sekarang saya menebak apa sebenarnya yang menjadi motif Nonoguchi membunuh Hidaka. Dan motifnya sungguh tidak saya sangka. Mindblown.
Terkait kualitas terjemahan tidak perlu diragukan lagi. Terjemahan dari Mbak Faira Ammadea bagus sekali. Sungguh mengalir dan enak dibaca. Terima kasih, Mbak Faira, atas terjemahannya.
Akhirul kalam, bagi teman-teman yang suka cerita detektif saya menyarankan untuk membaca Malice. Bagi yang tidak atau kurang suka, tidak ada salahnya juga untuk membaca. Siapa tahu jadi suka karena gaya berceritanya Keigo Higashino yang menarik.