Judul: The Trouble with Testosterone and Other Essays on the Biology of the Human Predicament
Penulis: Robert M. Sapolsky
Penerbit: Scribner (16 Oktober 2012)
ASIN: B008O5DTQA
Halaman: 290
Rating: 2 dari 5 ⭐ – it was okay
The Trouble with Testosterone and Other Essays on the Biology of the Human Predicament merupakan buku berisi kumpulan esai yang ditulis oleh Robert M. Sapolsky. Topik besar yang diangkat adalah Biologi Perilaku (Behavioral Biology). Dikutip dari situs web PhilPapers, yang dimaksud Biologi Perilaku adalah:
Behavioral Biology is the interdisciplinary study of the relationship between brain, behavior, and evolution. It describes how different behavioral elements, such as mate choices, parental care, cooperation, and altruism have been shaped through ecological pressures. This field focuses on an interdisciplinary approach that includes, among others, Psychology, Philosophy, Biology, and Neuroscience, to examine the different behaviors and strategies adopted by organisms. Broadly construed, Behavioral Biology also includes examination of the methods used to study the behaviors of these organisms.
Dalam bentuk diagram Venn dapat digambarkan sebagai berikut:
gambar dari sini
Secara garis besar, ketujuh belas esai yang ada terbagi dalam tiga kategori. Pertama, berbagai temuan terbaru di bidang psikiatri, neurosains, dan endocrinologi. Kedua, mengeksplorasi isu-isu yang sama, tetapi dibahas dari perspektif biologi evolusi dan perilaku hewan. Kita akan melihat betapa miripnya perilaku hewan dengan perilaku manusia. Ketiga, esai yang membahas implikasi politis dan sosial dari temuan-temuan ini di berbagai area.
Dalam postingan ini, saya tidak akan merangkum semua esai yang ada. Saya hanya mencatat apa yang saya anggap penting, menarik, dan tidak sulit dipahami oleh otak saya yang kecil ini. Hehehe.
1. How Big is Yours?
Ilmu pengetahuan terus berkembang. Dulu banyak penyakit yang kita tidak ketahui namanya dan menganggapnya berbahaya. Misalnya, dulu kita menganggap epilepsi merupakan penyakit yang disebabkan oleh sihir atau guna-guna, anak yang disleksia dianggap anak bodoh, homoseksual dianggap sebagai penyakit, dan lain-lain. Terima kasih kepada ilmu pengetahuan, sekarang kita jadi lebih tahu dan paham mengenai banyak hal.
Biologi perilaku mempelajari cara kerja manusia dalam meregulasi perilakunya. Pasti ada kalanya seseorang punya pikiran-pikiran yang penuh hawa nafsu, amarah, atau menghina diri sendiri, sesuatu hal yang hampir tidak mungkin kita katakan begitu saja dengan mudahnya. Frontal cortex merupakan bagian dari otak yang mengatur fungsi motorik, pemecahan masalah, perencanaan, spontanitas, memori, empati, atensi, bahasa, inisiasi, penilaian, kontrol diri, dan perilaku sosial dan seksual. Jika bagian ini rusak, entah karena kecelakaan atau akibat dari stroke, maka individu tersebut akan berperilaku agresif, hiperseks, dan mengalami kesulitan untuk mencerna feedback dari lingkungan sosialnya. Meminjam istilah Sigmund Freud, frontal cortex adalah tempat yang mengatur superego kita.
Contoh kasus yang terkenal terkait rusaknya frontal cortex adalah Phineas Gage. Perilaku Gage berubah total ketika mengalami kecelakaan kerja. Besi runcing meledak dan menembus pipi kiri, merobek otaknya, dan keluar dari tengkoraknya. Gage yang tadinya pria sopan berubah menjadi pria yang agresif, tidak bisa menjalankan rencana yang sudah dibuat, tidak menghormati orang lain, berkata-kata kasar. Perilaku serupa juga dialami oleh pasien yang menderita penyakit Huntington. Penyakit neuropsikiatri lain yang berkaitan dengan perilaku disinhibition, seperti temporal lobe epilepsy, OCD, dan sindrom Tourette.
Tapi, kita juga mengalami kesulitan. Batasan antara perilaku yang dianggap aneh (quirks) dan perilaku yang merupakan simtom penyakit masih bermasalah dan bisa menjadi alasan untuk bersikap juga berperilaku diskriminasi terhadap orang lain dari kelompok marginal. Namun, dengan terus memahami pengetahuan yang terus berkembang bisa memberikan manfaat bagi mereka yang mengidap penyakit tersebut. Kita bisa menjadi penuh kasih dan toleran, bisa membedakan dan melihat sesuatu hal sebagai sebuah penyakit, sebuah perilaku unik atau aneh (quirks), atau hanya sebagai perilaku yang berbeda saja dari dirinya.
2. Primate Peekaboo
Tidak hanya manusia yang ada perilaku voyeurism, tapi juga babon. Ada babon yang ternyata demen mengintip babon lain.
Seorang antropolog pernah bilang, “Humans had to invent language so we would have something to talk about around the fire at night.” Surprise, surprise… Gorila juga bisa “bicara”. Koko dan Michael diajari American Sign Language (ASL) yang sederhana. Suatu hari Michael melihat salah satu guru manusianya, yang mengajarinya ASL, bertengkar dengan pacar. Kalian mau tahu apa yang terjadi berikutnya? Michael memberitahu peristiwa tersebut ke gurunya yang lain. Hence, they were gossiping using ASL.
3. The Night You Ruined Your Pajamas
Esai ini membahas tentang pubertas. Remaja harus mengalami masa-masa puber yang (barangkali) membingungkan. Bagi remaja perempuan: menstruasi untuk pertama kali, payudara yang tumbuh, bulu yang tumbuh di area kemaluan. Bagi remaja pria, (utamanya) mimpi basah atau tiba-tiba ereksi di waktu dan tempat yang salah, suara yang berubah.
Di esai ini tidak hanya membahas pubertas pada manusia, melainkan juga pada hewan lain, seperti tikus, kijang, orangutan. Kijang dan orangutan jantan melakukan strategi menunda pubertas jika mereka merasa kijang dan orangutan yang dominan di kawanan tersebut merupakan ancaman. Karena kijang dan orangutan alfa ini merasa terancam dengan mereka dan akan menyerang kijang dan orangutan remaja yang menunjukkan ciri-ciri pubertas.
Ada teori yang mengatakan kondisi lingkungan sosial yang tidak stabil atau stres dapat memicu pubertas yang lebih awal pada remaja perempuan, misalnya absennya sosok ayah di dalam hidupnya. Namun, teori ini banyak mendapat pertentangan. Bisa saja remaja perempuan tersebut mengalami pubertas lebih awal karena ibunya juga mengalami hal yang sama.
Stres juga dapat menyebabkan remaja perempuan telah menstruasi. Faktor lainnya, seperti banyak kehilangan berat badan , latihan fisik yang terlampau berat (misalnya penari balet), dan penyakit (anorexia). Hal-hal tersebut bermuara pada rasio otot/lemak.
Cukup tiga esai saja yang saya buat rangkuman catatannya. Pasalnya, saya sedang malas dan entah kenapa saya tidak bisa fokus baca buku Sapolsky kali ini. Akibatnya, saya tidak begitu memahami hampir sebagian besar isi esai yang ada. Semacam mata saya hanya membaca tulisan, tapi tidak masuk ke otak. Kira-kira begitulah.