#42 – Cerita Calon Arang

cerita-calon-arangJudul: Cerita Calon Arang
Penulis: Pramoedya Ananta Toer
Penerbit: Lentera Dipantara (cetakan IX, September 2015)
Halaman: 96
ISBN-13: 978-979-97312-1-0
Harga: Rp 48.500,-
Rating: 2/5

Kerajaan Daha di bawah kepemimpinan Raja Erlangga adalah negara yang makmur dan aman. Baginda Raja sangat memperhatikan keadaan rakyatnya. Dia terkenal berbudi dan bijaksana. Namun, ketenangan itu terancam. Keamanan negara dalam bahaya akibat dari penyakit mematikan yang dikirim tukang teluh jahat bernama Calon Arang.

Calon Arang berasal dari dusun Girah, masih di dalam wilayah Kerajaan Daha. Siapa yang tidak mengenal Calon Arang dari Girah? Perempuan paruh baya tersebut terkenal jahat. Ia tidak segan-segan untuk membunuh siapapun yang tidak disukainya. Ia tukang teluh yang ilmu hitamnya sangat menakutkan. Ia menikmati ketakutan yang ditunjukkan orang-orang kepadanya. Ia tidak takut kepada siapapun, bahkan kepada Baginda Erlangga juga tidak.

Calon Arang memiliki anak perempuan yang cantik rupawan. Namanya Ratna Manggali. Usianya sudah 25 tahun, tapi belum menikah. Tidak ada pemuda yang berani melamarnya karena takut pada Calon Arang. Ratna Manggali pun jadi gunjingan orang-orang sekampung. Mendengar anaknya menjadi bahan gunjingan Calon Arang marah luar biasa. Ia langsung mengadakan upacara memohon kepada Dewi Durga agar memberinya izin untuk melepas wabah penyakit mematikan ke seluruh dusun di Daha. Dewi Durga memberinya izin.

Korban berjatuhan di mana-mana. Ketakutan menyebar ke seluruh desa. Hingga akhirnya Raja Erlangga mendengar berita tersebut dan memerintahkan agar Calon Arang dihentikan. Usaha awal dengan mengirimkan prajurit untuk menumpas Calon Arang tidak berhasil. Raja kembali meminta nasihat kepada para pendeta.

Para pendeta kemudian bersemedi di candi. Dewa Guru datang melalui asap pedupaan, kemudian berdiri tegak di atas api. Berkatalah Sang Dewa:

“Berbahagialah engkau semua. Penyakit yang hendak engkau tolak sudah masanya harus dicegah. Cuma seorang saja yang kuasa melawan teluh si Calon Arang. Dan orang itu ialah seorang pendeta yang berasrama di Lemah Tulis. Empu Baradah namanya, seorang pertapa yang telah lulus dalam segala macam ilmu. Dialah yang bertuah segala mantranya. Ia pulalah yang kelak melindungi kerajaan, memberantas segala kerusuhan dan keonaran.” (hal. 58)

Maka Sri Baginda Raja segera memerintahkan Kahuruan untuk pergi ke Lemah Tulis dan meminta bantuan Empu Baradah. Dengan senang hati Empu Baradah menerima titah dari Sri Baginda Raja Erlangga.

Cerita Calon Arang adalah sebuah dongeng yang belum pernah saya dengar sebelumnya. Saya tidak ada gambaran sama sekali siapa itu Calon Arang sampai saya membaca buku ini. Saya membeli buku ini hanya karena niat ingin mengoleksi buku-buku Pramoedya.

Saya tidak berharap banyak dari Cerita Calon Arang. Begitu selesai dibaca tidak ada beban bagi saya untuk memberinya rating 2/5. Ini jelas bukan buku terbaik dari Pramoedya. Beliau menulis ulang dongeng ini dengan tujuan buku ini disusun untuk kanak-kanak, seperti yang beliau tulis dalam kata pengantar, “Buku ini disusun sebagai buku kanak-kanak, agar bisa membangkitkan cerita lama pada mereka.” Jadi, ceritanya tetap dibuat sederhana. Gaya bahasanya tidak njelimet. Meski demikian, buku ini tetap dapat dinikmati semua kalangan, tidak hanya anak-anak.

Jangan heran jika menemukan hal-hal yang tidak logis dalam cerita ini, seperti api yang keluar dari mata atau daun yang menjadi sampan. Karena seperti yang sudah disampaikan sebelumnya bahwa Cerita Calon Arang ini adalah sebuah dongeng turun-temurun. Nikmati saja. Jangan protes. Lagipula, kapan terakhir kali kita membaca dongeng?

2 tanggapan untuk “#42 – Cerita Calon Arang”

Tinggalkan komentar