#43 – Istriku Seribu

istriku-seribuJudul: Istriku Seribu
Penulis: Emha Ainun Nadjib
Penerbit: Bentang (2015)
Halaman: vi + 44
ISBN-13: 978-602-291-104-3
Harga: Rp 10.000,-
Rating: 4/5

Poligami. Topik satu ini terus menjadi perdebatan. Kubu yang setuju berdalih agama memperbolehkan. Kubu yang menolak bilang itu poligami itu merugikan perempuan.

Sebelumnya mari kita terlebih dahulu meluruskan definisi poligami. Menurut KBBI daring definisi poligami adalah:

po·li·ga·mi n sistem perkawinan yg salah satu pihak memiliki atau mengawini beberapa lawan jenisnya dl waktu yg bersamaan;
ber·po·li·ga·mi v menjalankan (melakukan) poligami

Kita bisa membagi poligami menjadi dua, yaitu poligini dan poliandri. Masih dari KBBI daring pengertian poligini adalah:

po·li·gi·ni n sistem perkawinan yg membolehkan seorang pria memiliki beberapa wanita sbg istrinya dl waktu yg bersamaan

Sementara pengertian poliandri adalah:

po·li·an·dri n sistem perkawinan yg membolehkan seorang wanita mempunyai suami lebih dr satu orang dl waktu yg bersamaan

Jadi, dalam pengertian di mana pria memiliki beberapa wanita sebagai istrinya dalam waktu bersamaan seharusnya memakai terminologi poligini, bukan poligami. Sampai di sini kita sepakat ya. Meski dalam buku ini Cak Nun menggunakan “poligami” cuma ya sudahlah. Untuk seterusnya saya akan menggunakan term poligini.

Istriku Seribu merupakan esai Cak Nun yang membahas perihal poligini. Sebelum membahas lebih jauh Cak Nun mengajak kita ada baiknya kita belajar terlebih dahulu apa itu poligini. Gunakanlah akal kita untuk berpikir dan belajar.

Penduduk negeriku malas belajar sejarah, ogah berpikir, tidak pernah merasa penting untuk mempelajari suatu persoalan melalui pertimbangan pemikiran yang saksama, … (hal. 1)

Setelah itu Cak Nun mengajak kita merenung. Kita sebagai manusia terlalu sombong. Kita memperdebatkan poligini tanpa benar-benar mau tahu dan belajar. Hanya karena agama mengizinkan beristri lebih dari satu serta-merta kita langsung ingin punya istri banyak.

Cak Nun menjelaskan dengan panjang lebar sejarah diizinkannya poligini dalam agama. Dulu lelaki kaya bisa mengawini ratusan wanita. Wanita tidak lebih dari sebuah objek.

Kaum wanita dianiaya, direndahkan derajatnya, dianggap barang, diambil dan dibuang semaunya oleh lelaki. … Kaum perempuan dieksploitasi bukan hanya seksnya, tetapi juga harta bendanya.

Dalam keadaan itu, Allah melakukan revolusi: dari fakta ratusan istri diradikalkan menjadi hanya paling banyak empat istri, dengan peringatan keras jangan mengeksploitasi mereka dalam hal apa pun. (hal. 39)

Tuhan lalu mengajak kita berpikir. Kita diizinkan berpoligini dengan catatan jika kita bisa berbuat adil. Tuhan menyuruh kita berintrospeksi. Jika kita tidak mampu untuk adil, maka satu istri saja cukup. Lagi-lagi kita sebagai manusia sangat sombong. Dengan percaya diri kita membusungkan dada dan bilang, “Aku bisa kok adil sama istri-istriku kelak.”

Bahkan engkau nyatakan, ‘Aku ingin memberi contoh poligami yang baik’ — seolah-olah Tuhan tidak membekalimu dengan akal dan rasa kalbu kemanusiaan. (hal. 41)

Allah sebenarnya telah menciptakan banyak istri untuk kita. Dalam konteks ini maksudnya adalah istri ar-Rahman, yaitu istri sosial (cinta meluas, horizontal, keluar). Fakir, miskin, anak-anak terlantar, yatim piatu, sahabat, keluarga, tetangga, orang kaya, dan sebagainya. Mereka ini adalah istri sosial kita. Kita wajib untuk menyayangi, melindungi, berbuat baik kepada mereka semua atas dasar cinta kita kepada Tuhan. Sementara istri ar-Rahim (cinta ke dalam, cinta vertikal, cinta personal) adalah istri kalian di rumah, ibu dari anak-anak kalian.

Ketika kita sudah sibuk dan lelah berkonsentrasi pada cinta sosial, pada istri-istri ar-Rahman kita — kita berupaya mencari solusi untuk berbagai problematika di sekitar kita dan di lingkup lebih besar lagi, yaitu bangsa dan negara — niscaya kita akan lupa pada nafsu kita sendiri untuk beristri banyak.

Engkau berinteraksi siang-malam dengan penderitaan umatnya, sehingga percayalah, di kebanyakan waktu engkau pasti lupa pada syahwatmu sendiri. (hal. 34)

Buku tipis ini sangat ringan dan mudah dipahami. Dalam hitungan tidak sampai satu jam sudah selesai buku ini saya baca. Karena Istriku Seribu ini out of the box (menurut saya) saya jadi ketagihan dan saya baca berulang-ulang agar lebih terserap di otak saya.

Sangat mudah bagi kita untuk mengikuti renungan Cak Nun perihal poligini di sini. Konsepnya tentang istri ar-Rahim dan istri ar-Rahman juga sangat menarik dan merupakan suatu hal yang baru bagi saya. Konsep ini mengajak kita untuk merendah di hadapan Allah. Jangan sombong jadi manusia. Cak Nun juga mengajarkan kita untuk berlaku lebih peduli kepada sesama manusia, kepada alam, dan kepada makhluk hidup lainnya.

Akhirul kalamIstriku Seribu bisa dibilang sebagai buku dakwah yang lembut. Saya sangat merekomendasikan buku ini kepada teman-teman semua untuk kalian baca.

 

11 tanggapan untuk “#43 – Istriku Seribu”

  1. Saya belum nemuin bukunya mba Kim. Saya tertarik dengan isu poligami ini. Sebagai orang yg pengalaman beristri satu, bohong namanya kalo ga kepengen nambah lagi. Hehe.. Biarpun dibolehkan dalam agama, poligami ga segampang itu. Liat yg bening, punya duit trus dilamar buat jadi bini.. halah! Apa emang yakin sanggup? 😀

    Sanggup disini bukan sanggup biologis saja, tapi sanggung menerapkan adil dalam arti yg sesungguhnya.. Yakin saja, pasti akan ada satu pihak yg bakal dizalimi, apakah itu dalam hal perlakuan atau kecendrungan..

    Ngeri saja ngebayangin sesuai apa yg pernah saya baca dalam sebuah hadist shahih kalau manusia yang sebaik dan sebagus apapun akhlaknya, kalau ga adil sama istri istrinya bakal di dikumpulkan dalam keadaan pincang kelak.. Semua makhluk juga bakal tau kalau dia adalah seorang pelaku poligami yg zalim/ga adil..

    Eh, iya kalau boleh tau bukunya bisa beli online ga mba? Di tempat saya belum nemu dimana ada yang jual…

  2. haaaayyy.. aku nongol! hahahaha. sejujurnya, aku kurang suka sama penulis buku ini, karena dia suka banget nyalah-nyalahin hadis shahih dari rosul (sering liat-liat dakwahnya di youtube), jadi aku males mau mulai baca buku-bukunya… sekiranya mbaknya mau minjemin, makasih banget lhooo… 😉

Tinggalkan komentar