Judul: L’Assommoir (Rumah Minum)
Penulis: Émile Zola
Penerjemah: Lulu Wijaya
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama (cetakan I, 2018)
Halaman: 660
ISBN13: 978-602-06-1357-4
Rating: 5 dari 5 ⭐ – it was amazing
Gervaise Macquart, seorang wanita muda berusia 22 tahun, menunggu kekasihnya, Auguste Lantier, semalam di dalam kamar hotel yang kumuh. Mengharapkan kebahagiaan dan hidup yang lebih baik, dia terpesona dengan Lantier dan mereka pun pergi dari kota tempat tinggalnya ke pinggiran Paris. Gervaise sudah mengenal Lantier sejak usianya baru 14 tahun. Dia bahkan sudah melahirkan dua anaknya dari Lantier.
Malam itu Lantier pulang dalam keadaan mabuk setelah puas bersenang-senang bersama wanita lain. Gervaise pergi mencuci pakaian dan ketika dia pulang ke hotel Lantier sudah pergi meninggalkannya dan membawa barang-barangnya.
Pelan-pelan Gervaise berusaha membangun hidupnya. Dia bekerja dengan tekun sebagai tukang cuci. Coupeau yang kagum dengan Gervaise berusaha melakukan pendekatan dengannya. Awalnya Gervaise menolak. Namun, lambat-laun dia membuka hatinya dan akhirnya menikah.
Sekilas hidup Gervaise tampak bahagia. Suami yang setia dan tidak pernah minum, Gervaise akhirnya punya toko jasa cuci sendiri, dan punya tabungan. Namun, semua itu berubah sejak Coupeau mengalami kecelakaan yang mengharuskannya istirahat berbulan-bulan. Setelah sembuh Coupeau menjadi lelaki pemalas. Dia tidak mau bekerja dan dia mulai menghancurkan hidupnya — dan hidup keluarganya — secara perlahan dengan minuman keras.
Awalnya Gervaise penuh dengan toleransi menerima tingkah polah Coupeau. Selalu ada pemakluman. Atau mungkin sebenarnya itu adalah penyangkalan. Kenaifan Gervaise membuatnya mengambil keputusan demi keputusan yang keliru dan hal tersebut menghancurkan hidupnya. Dari yang mulanya kehidupan Gervaise mulai menanjak dengan punya usaha sendiri dan tabungan, lalu kurva kehidupannya bergerak turun menukik tajam. Tabungannya ludes, usahanya hancur, utang menumpuk, teman juga saudara menjauh. Sosok dari masa lalunya yang datang kembali semakin membuat hidupnya terpuruk.
Sifat dan sikap Gervaise pun berubah total. Dulu dia sangat ramah, peka, dan baik hati. Namun, dia menjadi tidak bertanggung jawab dan tidak peduli dengan apapun. Membuatnya kesulitan mendapatkan pekerjaan.
L’Assommoir novel pertama dari Émile Zola yang saya baca. Novel ini sendiri merupakan bagian dari seri Les Rougon-Macquart yang terdiri dari 20 judul. L’Assommoir adalah seri nomor tujuh.
Berangkat dari kepercayaan Zola bahwa hidup manusia sangat dipengaruhi oleh faktor biologis dan lingkungan, Zola menunjukkannya dalam seri ini, termasuk di L’Assommoir, terutama faktor kemiskinan. Deskripsi sangat detil dan teliti ditulis Zola membuat saya yang membacanya hanya bisa menarik napas panjang. Saya berkesimpulan kemiskinan memang sangat bisa menghancurkan hidup banyak orang.
Saking detilnya deskripsi yang ditulis Zola tak pelak membuat saya bergidik ngeri sendiri. Di beberapa tempat bahkan membuat saya sampai mual. Ini di bagian ketika Coupeau sangat mabuk, dia muntah-muntah di ranjangnya, dan tidur di dalam muntahannya sendiri. Sementara di bagian menyeramkan adalah ketika Zola menuliskan seorang ayah yang menyiksa anak kandungnya sendiri yang masih berusia 8 tahun (kalau saya tidak salah ingat). Anak perempuan tersebut tidak diberi makan, badannya sangat kurus, kulitnya penuh dengan bekas siksaan. Bahkan pernah ayahnya pulang dengan cemeti dan sengaja “bersenang-senang” bermain dengan cemeti tersebut. Itu hanya sekadar satu contoh saja.
Saya tidak tahu bagaimana kehidupan mereka yang termarjinalkan. Melalui L’Assommoir saya mendapatkan sedikit gambaran dan itu bukan gambaran yang menyenangkan. Sempat saya kesal dengan Gervaise yang begitu naif, bahkan saya ingin memaki kata “tolol” ke dia, tetapi saya lupa bahwa Gervaise ini beda dengan saya. Saya tidak bisa menggunakan standar saya ke dia. Gervaise adalah contoh dari kaum yang tidak berpendidikan dan miskin secara struktural.
Mari angkat topi untuk Zola atas risetnya yang mendalam. Untuk menulis L’Assommoir Zola menghabiskan banyak waktu untuk melakukan riset di Paris. Dia mempelajari dialek dan bahasa slang atau bahasa jalanan yang digunakan oleh orang Paris. Tidak heran kalau hal tersebut membuat novel ini penuh dengan deskripsi yang vulgar, kotor, dan gelap menggambarkan kehidupan kelas pekerja di sana. Zola mendapatkan kritik karenanya, tapi dibantah oleh Zola. Alasannya, novelnya tersebut menggambarkan realitas yang ada.
Akhirul kalam, pesan moral dari novel ini adalah jauhilah minuman keras karena itu hanya dapat membuat hidup kalian rusak.
Wow dapat 5 ya? Beberapa waktu lalu juga aku mampir di sebuah post, kak Panda Kutu Buku, beliau lagi keranjingan Emile Zola. Sepertinya must read.
Iya, kamu harus baca bukunya Emile Zola, terutama yang L’Assommoir ini. Katanya sih ini buku terbaiknya Zola. I read that somewhere…