Judul: Talking to Strangers: Apa yang Seharusnya Kita Ketahui Mengenai Orang Tak Dikenal
Penulis: Malcolm Gladwell
Alih bahasa: Zia Anshor
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama (2020)
Halaman: xii + 403
Bisa dibeli di: Gramedia.com
Rating: 4 dari 5 – really liked it
Ketika membaca judulnya saya kira buku ini mengenai bagaimana caranya berbicara dengan orang asing. Topik apa saja yang bisa kita angkat, pertanyaan jenis apa yang bisa kita tanyakan, dan sebagainya. Ternyata, buku ini bukan tentang hal tersebut. Sangat jauh pembahasannya. Saya sangat salah.
Talking to Strangers berbicara tentang bagaimana penilaian keliru kita akan seseorang bisa memberikan dampak besar, bisa terhadap orang itu sendiri, orang di sekitarnya, atau bahkan dalam skala global. Misalnya, sikap kalem dan penuh percaya diri dari Bernie Madoff, sikap hangat Adolf Hitler terhadap Neville Chamberlain (mantan PM Britania Raya 1937 – 1940 dari Partai Konservatif), atau sikap diam dan penyendiri Ana Belen Montes dianggap sebagai orang-orang jujur. Padahal mereka adalah (secara berurutan) seorang penjahat skema Ponzi terbesar, penjahat perang, dan seorang mata-mata Kuba yang menyamar dan bekerja sebagai analis senior di Defense Intelligence Agency (DIA) Amerika Serikat.
Penilaian keliru itu bisa berawal dari stereotipe yang terlanjur tertanam di dalam otak kita. Bagaimana kita mengira orang-orang jujur bersikap dan berperilaku tertentu. Sama halnya dengan kita mengira orang-orang pencemas, berbohong, atau jahat juga akan bersikap dan bertindak laku tertentu. Misalnya, sikap cemas dan gelisah yang ditunjukkan oleh Sandra Bland ketika akan ditilang oleh polisi, juga sikap acuh dan meledaknya Amanda Knox ketika temannya meninggal dibunuh sehingga membuat ia dicurigai sebagai tersangka pembunuhan. Sandra Bland meninggal bunuh diri di penjara dan Amanda Knox dibebaskan setelah empat tahun mendekam di penjara Italia. Mereka berdua tidak bersalah.
Otak kita mengalami kesulitan untuk memproses hal-hal yang kita anggap tidak sebagaimana mestinya. Kita menganggap sikap kalem dan tenang pertanda orang tersebut jujur. Atau, sikap menjabat tangan dengan mengatupkan kedua tangannya adalah sikap hangat. Padahal belum tentu. Orang-orang bisa bersikap dan berperilaku manis, sementara aslinya dia manipulatif. Atau, orang pencemas luar biasa ketika diinterogasi polisi di pinggir jalan bukan berarti dia menyimpan senjata ilegal atau narkoba di dalam mobilnya, tapi bisa saja dia trauma dengan polisi. Intinya, setiap manusia memiliki gayanya masing-masing dan sebaiknya jangan dipukul rata kalau tidak mau terjadi lagi skema ponzi terbesar di dunia atau genosida besar-besaran lagi.
Selain itu, buku ini juga membahas dari sisi sains, utamanya teori evolusi, mengenai kejujuran. Gladwell memaparkan beberapa penelitian terkait yang menarik. Salah satunya, penelitian yang dilakukan untuk melihat apakah seseorang akan mencontek jika ada kesempatan. Lalu, dia ditanya oleh peneliti apakah dia mengerjakan soal dengan jujur. Kemudian, video tersebut akan ditunjukkan ke orang lain dan mereka ditanya apakah partisipan dalam penelitian tersebut jujur atau tidak. Hasilnya? Semua orang bisa salah menebak dari video tersebut. Partisipan yang jujur akan dibilang tidak jujur. Sebaliknya, partisipan yang tidak jujur dibilang jujur.
Buku ini sangat enak dibaca. Terjemahannya mengalir dan mudah dipahami sehingga dapat membuat saya menikmati membacanya. Buku ini selesai saya baca dalam dua hari saja meski total halamannya sebanyak 420 halaman. Sungguh luar biasa, bukan? Saya sangat bangga dengan diri saya sendiri!
Penggemar: Halah! Lebay kamu, Kimi!
Biarin. Hahahaha.
Akhirul kalam, berikut saya sematkan video Malcolm Gladwell membahas buku ini. Semoga dapat lebih menikmati dan memahami resensi kali ini.